Sabtu, 28 Agustus 2010

PENDAKIAN MERAPI "KEMANGGA YOGYAKARTA BACK TO NATURE"

Kemangga Yogyakarta Expedition
Mungkin inilah event dari Kemangga Yogyakarta yang pesertanya paling sedikit, tapi event ini merupakan event yang luar biasa. Event bersifat insidental ini diikuti oleh 11 orang, (9 orang dari Purbalingga dan 2 orang dari Banjarnegara dan Purwokerto). Ardi Wiyanto, Fajrin, Feri, Indrawanto, Nurhayanto, Rachmat hariadi, Retno setyorini, Tricahyono Wisnuwardhana merupakan teman-teman dari Purbalingga, Fahmi (Purwokerto) dan Romadi (Banjarnegara).
“ Back to Nature” tema yang diangkat panitia dalam pendakian merapi kali ini dengan tujuan agar kita dapat menyatu, peduli, dan lebih dekat dengan alam. Pendakian merapi yang di ketuai oleh tricahyo wisnu wardhana ini merupakan even pertama yang diselenggarakan oleh bidang MIBA Kemangga yogyakarta tahun 2010-2012, yang telah berhasil dilaksanakan pada tanggal 31 juli samapai 1 agustus 2010.
Setiap event selalu meninggalkan cerita menarik yang tak luput dari lelucon, keseriusan bahkan kekonyolan yang keluar dari sifat alami kita. Perjalanan dimulai dari bunderan FBS UNY, sebelum kami melangkahkan kaki kami memanjatkan doa kepada Tuhan YME agar kami diberi keselamatan dan kekuatan sehingga kami dapat menuju puncak merapi dengan selamat dan dapat kembali dengan selamat pula. Pemberangkatanpun dimulai, namun baru sampai ring road utara koordinasi hilang Feri & Romadi nyasar ke Jl. Kaliurang. Tapi kita berhasil merapatkan barisan kembali. Sesampainya di base camp nasi telur dan teh hangat menemani semangat kita tuk menaklukan puncak merapi, sembari makan Fajrin memulai dengan cerita konyolnya yang membuat suasana makin akrab. Pendakian pun di lakukan serkitar jam 21.00 awal yang melelahkan untuk sampai di NEW SELO, kami berhenti sejenak untuk melihat indahnya keliauan bintang-bintang yang terpampang dihadapan mata. Perjalanan berlanjut dengan penuh keceriaan, nyanyian, sapa menyapa dengan para pendaki lain, bahkan ejekan-ejekan yang bersifat menghibur guna menghilangkan rasa lelah. Retno Setyorini atau yang akrab dipanggil “ onyink” satu-satunya perempuan yang mengikuti pendakian ini agak bermasalah, mungkin kecapean atau karena suhu dingin dan angin malam yang menyebabkannya muntah. Kita pun ragu akankah sang srikandi ini mampu melanjutkan perjalanan ke puncak, namun dengan semangat yang ada dan motivasi dari teman-teman ia pun bangkit bersiap tuk hadapi puncak merapi. Kendala pun kembali menerpa saat pendakian Feri “kampleng” mengalami kelelahan yang cukup hebat hingga kakinya pun kram. Fahmi yang saat pendakian di panggil “pak aji” dengan cekatan mencoba menolong Feri. Kita pun break sejenak melepas lelah memandang indahnya alam yang bener-bener membuat kita sadar dan merasa kecil. Sebatang rokok di isap Feri guna menghilangkan rasa dingin, ia kumpulkan sisa-sisa semangat tuk kembali mendaki. Barlanjut lagi setelah masalah menimpa Feri kini pendaki lain seorang bapak muntah-muntah. Karena sama-sama pendaki maka kita tolong semaksimal mungkin. Masalah selesai, Pos 2 sudah menanti, hemat waktu langsung kita menuju pos 2 dan membuat Camp di sana. Fajrin, Rachmat dan Romadi dan Ardi mendirikan dumb untuk nantinya kita beristirahat, setelah itu makanan kita santap dan nikmatnya menyruput kopi di gunung melengkapi suasana indahnya alam. Kitapun bermalam dengan kondisi seadanya, dinginya malam benar-benar sampai menusuk tulang. Nurhayanto hampir hipotermia karena keadaan yang dingin. Pagi menyambut dengan Sunrisenya, sedikit narsis di depan kamera kita ambil moment ini untuk dijadikan kenangan nantinya, tapi indrawanto “ceking” masih nyenyak dengan Sbnya.
Puncak merapi seolah memanggil untuk kita daki, pendakian pun berlanjut menuju pasar bubrah sebelum kita berhadapan dengan puncak. Sesampainya di pasar bubrah lagi-lagi Feri terdiam dan terpana melihat ekstrimnya medan yang nantinya kita daki. Pesimis sempat menghampiri hati kami, kami tetap bertekad untuk menaklukan puncak merap. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk kita lalui medan yang terjal demi berdiri tegak di puncak merapi. Dengan gagah dan Bangganya kita berdiri di puncak tertinggi gunung merapi. Sesi pemotretan berlangsung lagi, dengan gaya-gaya konyol yang menghiasi kamera nantinya. Keadaaan puncak yang panas memaksa kita tuk menyudahi indahnya panorama puncak merapi.
Saatnya turun dari puncak, dibutuhkan ekstra kehati-hatian dalam melangkahkan kaki di medan yang penuh dengan pasir dan batu agar kami tidak terjatuh.Untuk turun dari puncak kami memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan ketika kami mendaki. Di Pasar Bubrah kami melepas lelah yang menghinggapi kami dengan sisa bekal yang kami bawa. Nurhayanto dan Wasro mereka turun lebih dahulu dan menunggu kami di pos 2. Perjalanan waktu turun sangat panas, dan inilah aktor dari turun gunung kita yaitu Ceking dan Dhana tingkahnya yang konyol bukan main dan keadaan pula mendukung mereka untuk membuat kita terpingkal-pingkal. Dhana yang berulang kali jatuh, serta Ceking dan Ardi yang bermain prosotan dengan medan yang kita lalui. Mungkin karena mereka belum pernah mengalami indahnya masa kanak-kanak, Hehehe. Terbersit pemikiran inilah indahnya kebersamaan yang nantinya akan menorehkan tinta emas dalam kehidupan kita nantinya. Turun gunung yang menyenangkan, hingga saatnya kita bersemangat lagi ketika kita telah melihat tower yang berada di new selo. Sesampainya di new selo kita langsung menuju warung yang telah menanti kedatangan kita untuk menikmati segernya es teh dan mendoan. Senang, lelah, bangga, tenang, nyaman itulah perasaan kita setelah sampai di new selo. Setelah puas menikmati makanan langsung kita menuju base camp untuk beristirahat. Waktu menunjukkan pukul 17.00 perjalanan pulang menuju kos masing-masing pun segera kita laksanakan. Bye-bye Merapi...
By Rachmat Hariadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar